Minggu, 18 Desember 2016

SISTEMATIKA FILSAFAT

12.32 Posted by TyasSiti Nur Asiyah No comments
Sistematika Filsafat
Perlu diulang lagi bahwa dalam garis besar filsafat mempunyai 3 cabang besar, yaitu teori pengetahuan, teori hakikat dan teori nilai.
Ø  Teori pengetahuan pada dasarnya membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan (epistomologi).
Ø  Teori hakikat membahas semua objek, dan hasilnya ialah pengetahuan filsafat (ontologi).
Ø  Teori nilai, membicarakan guna pengetahuan tadi (aksiologi) 
Epistimologi
Epistimologi membicarakan pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan. Disebut juga sebagai filsafat pengetahuan. Istilah ini pertama kali muncul dan digunakan oleh J.F.Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971:94). Pengetahuan diperoleh manusia dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Ada beberapa aliran yang mebicarakan tentang ini.
Empirisme
Berasal dari kata Yunani empeirikos yang berasal dari empeiria yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya.
Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh  dan diukur dengan akal. Manusia menurut aliran ini memperoleh pengetahuan melaui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini ialah Rene Descartes(1596-1650). Akan tetapi sesungguhnya paham seperti ini sudah ada jauh sebelum itu. Orang-orang Yunani kuno telah meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan yang benar, lebih-lebih pada aristoteles.
Positivisme
Tokoh aliran ini ialah August Compte (1798-1857). Ia penganut empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera dapat dikoreksi lewat eksperimen. Pada dasarnya positivisme bukan aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerjasama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memerlukan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positivisme itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.
Intuisionisme Henri Bergson(1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah. Jadi pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelek atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu. Jadi dalam hal seperti itu manusia tidak mengetahui keseluruhan. Tidak juga dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Akal hanya mampu memahami bagian-bagian dari objek. Kemudian bagian-bagian itu digabungkan oleh akal.
Ontologi
Setelah membenahi cara memperoleh pengetahuan, filosof mulai menghadapi objeknya untuk memperoleh pengetahuan. Objek-objek itu dipikirkan secara dalam sampai pada hakikatnya. Itulah sebabnya teori ini dinamakan teori hakikat. Ada pula yang menamainya ontologi. Hakikat merupakan kenyataan yang sebenarnya. Kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat turunan, hakikat berada, juga hakikat tujuan kosmos.
Matrealisme
Menurut aliran ini, hakikat benda adalah materi, benda itu sendiri. Rohani, jiwa, spirit, dan sebagainya mucul dari benda. Rohani dan kawan-kawannya tidak akan ada seandainya tidak ada benda.
Idealisme
Aliran ini berpendapat sebaliknya. Hakikat benda adalah rohani, spirit, atau sejenisnya.Alasannya:
a. Nilai roh lebih tinggi dari pada badan
b. Manusia lebih dapat memahai dirinya dari pada dunia luar dirinya
c. Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang; benda tidak ada, yang ada itu energi saja (Oswald)
DualismeYang merupakan hakikat pada benda itu ada dua , yakni materi dan imaterial, benda dan roh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari roh, dan roh bukan muncul dari benda. Pemikiran orang idealis menyatakan bahwa hakikat adalah roh. Paham ini akan berujung padaTuhan, surga, dan neraka.
a. Theodichea membicarakan Tuhan dari segi pikiran. Apa tuhan itu ada, apa buktinya, apa sifatnya, dll.
b. Teisme merupakan paham yang menyatakan bahwa tuhan itu ada.
c. Monoteisme mengajarkan bahwa tuhan itu esa.
d. Trinitisme mengajarkan bahwa tuhan itu satu tapi beroknum tiga.
e. Politeisme adalah paham yang mengajarkan bahwa tuhan itu banyak.
f. Panteisme mengajarkan bahwa antara alam dan tuhan tidak ada jarak.
g. Panenteisme mengajarkan bahwa tuhan adalah kesadaran jagat raya.
h. Ateisme merupakan isme yang mengajarkan bahwa tuhan itu tidak ada.
i. Agnostisisme merupakan paham ketuhanan yang terletak antara teisme dan ateisme.
Logika merupakan cabang filsafat yang dikembangkan oleh Aristoteles. Logika membicarakan norma-norma berpikir benar agar diperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam logika yaitu logika formal dan logika material.


Logika formal merupakan logika yang memberikan norma berpikir benar dari segi bentuk berpikir. Logika formal adalah logika bentuk. Logikanya ialah agar diperoleh pengetahuan yang benar, maka bentuk berpikirnya pun harus benar. Benar atau salah isinya, dibicarakan oleh logika material.


Dalam logika,dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat dan kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang tepat diperoleh bila bentuk berpikirnya benar. Kesimpulan yang benar berasal dari penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu.
- Contoh bentuknya benar (tepat) dan isinya benar:
Setiap manusiaakan mati. Muhammad adalah manusia. Jadi, Muhammad akan mati.


- Contoh bentuknya tepat tapi isinya tidak benar:
Manusia adalah sejenis hewan. Kuda adalah salah satu jenis hewan, jadi kuda sama dengan manusia.


Suatu kesimpulan dikatakan benar bila isi kesimpulan itu sesuai dengan objeknya. Sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk mengetahui kesesuaian itulah tugas logika material. Dalam garis besarnya, logika formal membicarakan masalah pengertian, putusan dan penuturan.


Pengertian merupakan gambaran di dalam jiwa tentang objek yang telah diabtraksikan. Cara membentuk pengertian ialah dengan membuat gambaran dalam jiwa kita tentang objek itu dengan membuang seluruh ciri aksidensinya. Bila kita buang ciri aksidensinya maka yang tersisa ialah ciri esensinya. Ciri esensi merupakan ciri yang menunjukkan bahwa ia adalah ia, dan merupakan ciri yang tidak boleh tidak adapada objek. Ciri aksidensi adalah ciri pelengkap , sifat yang melekat pada esensi objek. Selanjutnya tugas logika adalah membentuk pengertian itu menjadi definisi. Definisi ialah penyebutan ciri esensi suatu objek. Bakry dan Mehra menjelaskan jika definisi ialah pengertian yang lengkap tentang suatu istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama istilah itu. Ada 4 syarat definisi:
1. Ciri esensi yang disebut tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang
2. Tidak memakai kata yang berulang-ulang
3. Tidak memakai perkataan yang terlalu umum
4. Tidak memakai kata negatif


Tahap-tahap dalam logika disebut memutuskan dan hasilnya disebut putusan. Kegiatan memutuskan harus mempertimbangkan hal berikut:
1. Menguasai struktur kalimat
2. Menyadari mana esensi dan aksidensi
3. Mengetahui mana esensi dan mana aksidensi yang telah menjadi aksidensi untuk objek yang lebih khusus.
4. Memahami pola putusan
Penuturan ialah putusan baru yang dibentuk dari putusan-putusan yang telah ada. Kegiatan putusan baru tersebut disebut menuturkan. Jadi urutannya ialah pengertian,putusan, putusan baru. Etika merupakan teori tentang nilai baik dan buruk. Sedangkan estetika merupakan nilai keindahan.
Aksiologi
Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Filsafat sebagai philosophie of life merupakan suatu kondisi ketika filsafat dijadikan sebagai pandangan hidup. Yang amat penting ialah, filsafat sebagai methodology dalam memecahkan masalah. Sesuai dengan sifat filsafat, ia memecahkan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian masalah secara mendalam maksudnya menyelesaikan masalah dengan mencari penyebabnya sebagai langkah awal. Universal artinya melihat masalah dalam hubungan seluas-luasnya.
Khulasah
Pengantar kepada filsafat yang ringkas ini bermaksud menjelaskan apa filsafat itu, apa objek yang ditelitinya, bagaimana cara penelitiannya, dan apa saja sistematikanya. Lalu diperkenalkan juga isme-isme dalam filsafat.

 Daftar Pustaka :
Tafsir, Ahmad. 2008. FILSAFAT UMUM AKAL DAN HATI SEJAK THALES SAMPAI CAPRA. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA

0 komentar:

Posting Komentar