Senin, 19 Desember 2016

AKAL DAN HATI PADA ABAD PERTENGAHAN

22.30 Posted by TyasSiti Nur Asiyah No comments
Akal dan Hati Pada Abad Pertengahan

Plotinus (204-270)
Ajaran Plotinus atau Ployinisme erat kaitannya dengan ajaran Plato, yakni menganut realitas idea. Sistem metafisika Plotinus ditandai oleh konsep transendens. Menurut pendapatnya, di dalam pikiran terdapat tiga realitas, yakni the one, the mind, dan the soul. The one (Yang Esa) adalah Tuhan dalam pandangan Philo, yaitu suatu realitas yang tidak mungkin dapat dipahami melalui metode sains dan logika. Ia berada di luar eksistensi, di luar segala nilai. The mind merupakan gambaran dari Yang Esa dadi dalamnya mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asliobjek-objek.The soul, teori ini adalah realitas ketiga dalam filsafat Plotinus. Sebagai arsitek semua fenomena yang ada di alamini, soul itu mengandung satu jiwa dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah energi di belakang dunia, dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta. Jiwa manusia juga mempunyai dua aspek, yang pertama intelek yang tunduk pada reinkarnasi, dan yang kedua adalah irasional.


Augustinus (354-430)
Alih-alih akal dan pemikiran kritis diambilnya keimanan, alih-alih manusia dan kemampuannya diambil kedaulatanTuhan. Intelektualisme tidak penting dalam sistemnya, yang penting ialah cinta kepada Tuhan (Mayer, 357).Setiap pengertian tentang kemungkinan pasti mengandung kesungguhan. Bila orang menganggap bahwa suatu doktrin adalah sebuah kemingkinan, ia harus menganggap bahwa di dalam doktrin itu ada kebenaran. Bila orang ragu bahwa dia hidup, tentu ia benar-benar hidup.
Ia berpendapat bahwa tugas manusia adalah memahamii gejala kenyataan yang selalu berubah. Mengenai penciptan jiwa, penempatannya di dalam badan bukan hasil atau akibat kejatuhannya, melainkan memang kewajaraan atau naturnya jiwa itu bertempat dalam badan jasmani. Jiwa tidak ada tanpa badan, akan tetapi jiwa tidak bergantung pada badan. Jiwa lebih tinggi daripada badan, lebih hakikat daripada badan.

Anselmus(1033-1109)
Ia mendahulukan iman daripada akal. Ia mengatakan bahwa wahyu harus diterima lebih dulu sebelum kita mulai berpikir. Dalam membuktikan adanya Tuhan, Anselmus menjelaskan lebih dulu bahwa semua konsep adalah relatif. Karena di dalam makhluk kesempurnaan itu bervariasi, maka kesempurnaan universal haruslah ada. Menurut pendapatnya, makhluk terbatas ini tidaklah menciptakan diriny sendiri, mereka memerlukan pencipta, itu adalah Tuhan. Lebih jauh, semua makhluk memiliki sejumlah kebaikan, itu menunjukkan adanya kebaikan maha tinggi yang di sana semua makhluk berpartisipasi.
Teori pengetahuan Anselmus menyatakan bahwa pengetahuan dimulai dari penginderaan,lalu terbentuklah pengetahuan akliah, terakhir adalah menangkap kebesaran Tuhan melalui jalur mistik, kebaikan tertinggi bagi manusia ialah perenungan tentang kebesaran Tuhan.

Thomas Aquinas (1225-1274)
Pandangannya tentang pengetahuan dipengaruhi oleh keyakinannya bahwa Tuhan adalah awal dan akhir segala kebijakan. Secara singkat alam semesta ini dalam pandangan Aquinas dibagi kedalam lima kelas, yakni realitas anorganis, realitas animal, realitas manusia,realitas malaikat, dan realitas Tuhan.
Aquinas berpendapat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dari tiada, sekaligus, jadi berlawanan dengan teori Darwin. Dalam mencipta itu Tuhan tidak dipengaruhi oleh apapun, karena itu ia tidak memerlukan penciptaan secara evolusi. Menurut Aquinas, alam ini tidak kekal. Sekalipun demikian, menurut pendapatnya akal tidak dapat membuktikan apakah alam ini kekal ataukah tidak kekal.


Daftar Pustaka : 
Tafsir, Ahmad. 2008. FILSAFAT UMUM AKAL DAN HATI SEJAK THALES SAMPAI CAPRA. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA

0 komentar:

Posting Komentar