Kamis, 24 November 2016

Upaya Menanamkan Nilai-Nilai Budaya Dalam Karinding Padepokan Seni Barak Karinding Kepada Kaula Muda

13.41 Posted by TyasSiti Nur Asiyah No comments

Barak karinding merupakan sebuah padepokan seni yang melestarikan karinding dengan dipadukan juga dengan alat musik yang berasal dari bambu. Padepokan ini beraliran kontemporer, yakni perpaduan antara musik tradisional sunda, modern dan seni tetrikal. Barak karinding didirikan oleh seniman jalanan yang memiliki tujuan untuk melestarikan budaya asli Indonesia, terutama alat musik karinding. Saat ini padepokan seni barak karinding telah berkembang menjadi sebuah lembaga seni dan telah memiliki struktur kepengurusan serta puluhan dan penggemar setia.
Barak karinding memilih alat musik tradisional karena melihat kebiasaan yang terjadi pada kalangan pemuda yang perlahan melupakan keberadaan alat musik tradisional dan lebih banyak yang mendalami alat-alat musik yang berasal dari budaya luar Indonesia. Karena terdorong oleh perkembangan zaman yang mendukung perkembangannya keberadaan budaya dari luar Indonesia.
“…pakai juga alat musik tradisional yang kita kenal kaya angklung dan gamelan dan lain-lain, terus biar menarik, dibuatlah teaternya gitu, teater kontemporer. Tapi perkembangan kemari, dengan banyaknya anak-anak, terus penggalian budaya tentang karinding di banten akhirnya kita mengambil tujuan, visi misi, yaitu dengan yakin sabar sadar di kebudayaannya, kearifan lokal terus pembangannya kesenian teater musik kontemporer”. (Muklis Ponco, salah satu pendiri Padepokan Barak Karinding).
Selain pendiri, para pengurus dan para anggota, barak karinding juga berhasil menularkan nilai-nilai budaya kepada masyarakat sekitar lingkungan padepokan, hal ini dibuktikan dengan lahirnya Bakkar Lovers, nama untuk anggota muda sekaligus fans club dari barak karinding, dan dukungan penuh dari masyarakat sekitar untuk pelestarian kesenian teater musik kontemporer barak karinding. Masyarakat menilai kegiatan yang dilakukan oleh padepokan ini merupakan kegiatan yang positif dan layak untuk mendapatkan dukungan.
Padepokan seni barak karinding melandasi teater musik kontemporernya dengan pesan moral yang meliputi norma sosial dikehidupan masyarakat yang diharapkan dapat dicerna oleh publik apa yang hendak disampaikan oleh barak karinding dalam karya-karyanya yang menyiarkan tentang kebaikan. Penggambaran melalui visual gerak pemain atau disebut teater menjadi penjabaran maksud yang hendak disampaikan. Ketika pementasan barak karinding ini menggunakan pakaian tradisional khas sunda yaitu baju pangsi/lomar putih atau hitam, celana pangsi putih atau hitam, dan sarung polos berwarna putih atau hitam. Hal ini dilakukan untuk mencerminkan identitas budaya yang bisa menjadi gaya ketika digunakan oleh kaula muda. Dalam pakaian tradisional ini mengajarkan pada penikmat musik karinding agar hidup sederhana seperti pakaian yang digunakan oleh para pemain karinding dan baju tradisional sunda ini lebih sering menggunakan yang berwarna hitam karena warna hitam melambangkan kesederhanaan dan terdapat filosofi bahwa hitam artinya berasal dari tanah atau bumi sehingga sudah seharusnya sebagai anak bangsa juga mampu menghargai bumi dan menjaga kelestariannya. Selain dari pakaian yang terdapat nilai kesederhanaan, karya-karya barak karinding yang lain juga mengandung nilai-nilai budaya seperti karya “Walungan Cisadane” yang merupakan lagu yang menggambarkan keindahan alam Indonesia. Keindahan alam Indonesia itu menentramkan hati dan jiwa. Namun keindahan itu tidak akan selamanya indah. Kita harus menjaga dan melestarikannya. Itu adalah tugas kita semua sebagai warga Indonesia dan juga sebagai ungkapan syukur kepada Allah. Selain itu ada pula karya lain yaitu “ Rajah Nabi” yang menggambarkan kehidupan setelah kematian, yang dimana manusia dikumpulkan dialam mahyar. Manusia diingatkan agar tidak lalai dalam menjalankan aktivitas beribadah seperti shalat. Tekun beribadah dan rajin serta tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.
Nilai-nilai yang hendak disampaikan oleh padepokan ini melalui musik karinding tak terlepas dari filosofi yang dipegang teguh yakni “Yakin, Sabar dan Sadar”. Penanaman nilai-nilai budaya terhadap penikmat musik karinding ini dapat dilakukan dengan memahami terlebih dahulu kebiasaan anggota ataupun yang bukan anggota pada pergaulan sehari-harinya sehingga individu tersebut tidak merasa terpaksa. Setelah itu maka dapat dilakukan hal seperti mengajak bermain ke sawah. Mengingat Indonesia adalah negara yang agraris dan masih dapat ditemukan sawah disekitaran daerah Banten ini khususnya dilingkungan penulis melakukan penelitian maka mengajak bermain di sawah merupakan hal yang mampu menjadikan kesempatan bagi kita untuk memperkenalkan karinding sebagai salah satu alat musik tradisional kebudayaan sunda yang pada awalnya tercipta sebagai alat musik pengisi waktu luang ketika di sawah sehingga mengajak menikmati indahnya agraris Indonesia mampu menjadi upaya untuk menanamkan kecintaan kepada karinding sebagai musik tradisional.
Selain bermain ke sawah, berwisata ke kampung adat juga mampu menjadi upaya untuk menumbuhkan kemauan untuk mempelajari karinding sebagai salah satu warisan budaya khususnya sunda dan di Banten sendiri di masyarakat baduy karinding ini juga sudah berkembang sejak lama, sehingga dengan kita berjalan-jalan ke kampung adat seperti baduy contohnya akan menumbuhkan perasaan ingin mengetahui kebudayaan sunda dan karinding merupakan salah satu kebudayaan sunda.
Upaya lain untuk memperkenalkan karinding hingga akhirnya mampu menanamkan nilai-nilai budayanya dapat dilakukan dengan berbaur pada kegiatan-kegiatan rutin dan merupakan kebiasaan mereka misalnya melakukan permainan futsal bersama, melakukan makan bersama atau istilah lain dikenal dengan babacakan ataupun ngeliwet, ataupun sekedar berkumpul diwarung kopi yang semuanya itu mampu meningkatkan rasa solidaritas sehingga muncul kemauan untuk mempelajari karinding. Karena bisa diselipkan ditengah-tengah waktu berkumpul ketika ada waktu luang digunakan untuk bermain karinding. Wisata rohani untuk meningkatkan keimanan kepada Sang Pencipta juga dapat dilakukan sejalan dengan filosofi “Yakin, Sabar, Sadar” yang dapat pula diimplementasikan untuk kerohanian. Wisata kerohanian ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pengajian rutin seperti yang sering dilakukan oleh anggota barak karinding setiap malam selasa yang dipimpin oleh ustadz-ustadz di Kampung Jaha. Dengan meningkatkan apresiasi terhadap pementasan akan membuat para pemain karinding lebih bersemangat untuk melestarikan kebudayan karinding, dan dengan adanya apresiasi sebagai orang awam yang belum mengenal karinding akan memiliki ketertarikan yang berawal dari apresiasi tersebut sehingga nantinya akan mampu menanamkan nilai-nilai kebudayaan.

Selain upaya yang telah dijelaskan tadi, melakukan kerja sama juga dapat menjadi upaya untuk lebih memperluas penanaman nilai-nilai budaya. Seperti dengan melakukan kerja sama dengan komunitas lain akan mampu membuat para pemain karinding terpacu dan terus melakukan inovasi untuk melahirkan karya-karya yang mampu membangkitkan realitas sosial yang ada. Peran pemerintah dalam pelestarian budaya juga sangat berpengaruh, maka dengan melakukan kerja sama dengan lembaga nega dapat menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan nilai-nilai kebudayan ditengah masyarakat Indonesia. Dan di tengah era globalisasi seperti sekarang pemanfaatan media sosial juga dapat digunakan untuk mengunggah hasil-hasil karya seni karinding kepada khalayak umum sehingga eksistensinya semakin luas seperti pemanfaataan instagram, facebook, twitter ataupun youtube dapat menjadi pilihan untuk memperkenalkan karinding sebagai kebudayaan Indonesia yang kemudian dapat menimbulkan ketertarikan dan minat untuk mempelajari karinding barulah lanjut pada penanaman nilai-nilai budayanya. 

0 komentar:

Posting Komentar