Kamis, 03 November 2016

PERENIALISME DAN PENDIDIKAN

21.26 Posted by TyasSiti Nur Asiyah No comments
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal, atau selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. perenialisme menentang pandangan progresifisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Aliran ini dianggap sebagai “regresive road to culture” yakni kembali, mundur kepada kebudayaan masa lampau. Perenialisme menghadapi kenyataan dalam kebudayaan manusia sekarang, sebagai satu krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Untuk menghadapi situasi krisis itu, Perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan “kembali kepada kebudayaan masa lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal.
Pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Karena itu Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal dimaksud “education as cultural regression”. Perenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain kembali kepada prinsip – prinsip yang telah sedemikian membentuk sikap kebiasaan, bahkan kepribaidan manusia selain kebudayaan dulu dan kebudayaan abad pertengahan.
Perenialisme memilih prinsip demikian karena realita zaman modern memberi alasan obyektif, memberi kondisi untuk pilihan itu. Perenialisme berharap agar manusia kini dapat memahami ide dan cita falsafatnya yang menganggap filsafatnya sebagai suatu asas yang komprehensif. Perenialisme sebagai satu pandangan hidup yang berdasarkan pada sumber kebudayaan dan hasil – hasilnya, karena prinsip – prinsip filsafatnya itu self-evident, kekal dan tak terikat tempat berlakunya (universal), maka prinsip – prinsip itu disamping transcendental, juga realiable untuk semua zaman, karena itu ia benar dan tepat untuk abad kita sekarang dan masa depan.

Pandangan perenialisme dalam pendidikan 
Perenialisme memandang kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau perennial. Tujuan dari pendidikan menurut perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah. Adapun prinsip pendidikan perenialisme adalah sebagai berikut.
1.  Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia dimanapun dan kapan pun ia berada adalah sama. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup yaitu untuk mencapai kebajikan dan kebijakan. Pendidikan harus sama bagi semua orang, dimana pun dan kapan pun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia. 
2.  Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Kurikulum diorganisasikan dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, ditujukan untuk melatih aktivitas akal dan untuk mengembangkan akal.
3.   Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup, melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup. Sekolah tidak pernah menjadi situasi kehidupan nyata. Sekolah bagi anak merupakan peraturan-peraturan yang artifisial dimana ia berkenalan dengan hasil yang terbaik dari warisan sosial budaya. 
4.   Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan kehidupan sosial terutama politik dan ekonomi. Sedangkan pandangan – pandangan kurikulumnya mempengaruhi praktik pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan Dasar dan Menengah
a.   Pendidikan sebagai persiapan
Perbedaan Progresivisme dengan Perenialisme terutama pada sikapnya tentang “education as preparation”. Dewey dan tokoh – tokoh Progresivisme yang lain menolak pandangan bahwa sekolah (pendidikan) adalah persiapan untuk kehidupan. Tetapi Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan bagi kehidupan di dalam masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju aktualitas, menuju kematangan.
b.  Kurikulum Sekolah Menengah
Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai persiapan, berlaku pula bagi pendidikan menengah. Perenialisme membedakan kurikulum pendidikan menengah antara program, “general education” dan pendidikan kejuruan, yang terbuka bagi anak 12-20 tahun.

2.  Pendidikan Tinggi dan Adult Education
a. Kurikulum Universitas
Program “general education” dipersiapkan untuk pendidikan tinggi dan adult education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan pendidikan menengah dengan program general education yang telah selesai disiapkan, bagi umur 21 tahun sebab dianggap telah cukup mempunyai kemampuan melaksanakan program pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi pada prinsipnya diarahkan untuk mencapai tujuan kebajikan intelektual yang disebut “The intellectual love of good”.
b.  Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa
Tujuan pendidikan orang dewasa ialah meningkatkan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam pendidikan lama sebelum itu, menetralisir pengaruh – pengaruh jelek yang ada. Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah mengembangkan sikap bijaksana, guna merenorganisasi pendidikan anak – anaknya, dan membina kebudayaannya. Malahan Hutchins mengatakan, pendidikan orang dewasa adalah jalan menyelamatkan kehidupan bangsa – bangsa.[

Pandangan perenialisme dalam belajar 
Tentang belajar pandangan perenialisme adalah 
1.      Titik tolak belajar adalah bahwa manusia adalah makhluk rasionalis. Titik tolak kemampuan manusia adalah kemampuan berfikir. 
2.      Dari berfikir berkembanglah kebebasan, ketrampilan, berbahasa dan sebagainya.
3.      Belajar ada persoalan latihan dan disiplin mental. Yang penting adalah pengembangan kemampuan dasar, sedangkan materi ajar hanyalah alat untuk mengembangkan kemampuan dasar tersebut. Kalau kemampuan dasarnya tersebut sudah berkembang dengan sendirinya manusia akan dapat menghadapi dan memecahkan segala masalah yang dihadapi.
4.       Ada belajar yang terjadi dalam bentuk pengajaran dan ada belajar yang berupa penemuan sendiri oleh peserta didik.

Tuntutan tertinggi dalam belajar menurut Perenialisme adalah latihan dan disiplin mental. Maka, teori dan praktik pendidikan haruslah mengarah kepada tuntunan tersebut. Teori dasar dalam belajar menurut Perenialisme terutama:
1.  Mental discipline sebagai teori dasar
Menurut Perenialisme sependapat latihan dan pembinaan berpikir adalah salah satu kewajiban tertinggi dalam belajar, atau keutamaan dalam proses belajar. Karena program pada umumnya dipusatkan kepada pembinaan kemampuan berpikir.
2.  Rasionalitas dan Asas Kemerdekaan
Asas berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama pendidikan, otoritas berpikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Dan makna kemerdekaan pendidikan hendaknya membantu manusia untuk dirinya sendiri yang membedakannya dari makhluk yang lain. Fungsi belajar harus diabdikan bagi tujuan itu, yaitu aktualisasi diri manusia sebagai makhluk rasional yang bersifat merdeka.
3.     Leraning to Reason (belajar untuk berpikir)
Bagaimana tugas berat ini dapat dilaksanakan, yakni belajar supaya mampu berpikir. Perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu, maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan sekolah menengah dan pendidikan tinggi.
4. Belajar sebagai persiapan hidup
Belajar untuk mampu berpikir bukanlah semata – mata tujuan kebajikan moral dan kebajikan intelektual dalam rangka aktualitas sebagai filosofis. Belajar untuk berpikir berarti pula guna memenuhi fungsi practical philosophy baik etika, sosial politik, ilmu dan seni.
5. Learning through teaching
Fungsi guru menurut Perenialisme berbeda dengan esensialisme. Menurut esensialisme guru sebagai perantara antara bahan dengan anak yang melakukan proses penyerapan. Dalam pandangan Perenialisme, tugas guru bukanlah perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar sementara mengajar. Guru mengembangkan potensi – potensi self discovery, dan ia melakukan otoritas moral atas murid – muridnya, karena ia seorang profesional yang memiliki kualifikasi dan superior dibandingkan dengan murid – muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih.

Daftar Pustaka
1. Sadullah,Drs.Uyoh,M.Pd,2003,Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: ALFABETA)
2. Syam,Mohammad Nor,1988, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional)



0 komentar:

Posting Komentar