Selasa, 15 November 2016

PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

00.53 Posted by TyasSiti Nur Asiyah No comments

Filsafat Pendidikan Dalam Konsep Aristotelian

Kelompok pertama didukung oleh pendukung filsafat –dengan konsep-konsepnya yang Aristotelian, dan mereka telah bekerja keras dalam memperjelas hubungan antara filsafat dan pendidikan. Hal ini untuk menjustifikasi keharusan mengadopsi filsafat pendidikan melalui hubungan antara filsafat dan pendidikan.
Di antara yang mendukung orientasi ini adalah Professor Kingsley Price. Ia mencoba mengidentifikasi filsafat pendidikan. Ia menyebutkan bahwa untuk mengidentifikasi apa yang dimaksud filsafat pendidikan kita harus menentukan apa yang kita maksud dengan istilah filsafat dan pendidikan.
Disamping itu juga, pendidikan menunjuk pada proses akademik yang menyangkut transmisi pengetahuan dan sastra dari satu generasi dan generasi lainnya. Hal ini dilakukan melalui orang-orang yang ditangannya ilmu terbuka dan berkembang. Filsafat adalah kata yang menunjuk pada dua jenis aktivitas. Pertama adalah analisis yang bertujuan identifikasi pemahaman kata-kata, penejelasan pemikiran dan memahami konsep-konsep secara akurat. Kedua adalah aktivitas yang dengannya kita sampai kepada teori-teori tertentu pada metafizika (metafisika), akhlaqiyat (etika), nazhariyah ma’rifah (epitemologi), jamal (estetika) dan manthiq (logika).

Proses Pendidikan Dan Kaitannya Dengan Metafisika, Etika Dan Epistemologi

Dalam hal ini Price menyimpulkan pengertian pendidikan dengan: “Analisis proses pendidikan kemudian berusaha mengaitkannya dengan metafisika, etika dan epistemologi”.
Dalam menganalisis proses pendidikan kita bisa memahami istilah-istilah pendidikan yang diperlukan. Melalui kaitannya dengan metafisika kita bisa menjelaskan sisi hakikat dalam pendidikan. Melalui kaitannya dengan etika kita bisa sampai kepada penjelasan dan justifikasi saran-saran yang dikandung pendidikan. Sedangkan melalui kaitannya dengan epistemologi kita bisa sampai pada teori belajar. Price memberikan contoh untuk menganalisis proses pendidikan dengan pernyataan bahwa kebanyakan istilah yang digunakan para pendidik adalah istilah-istilah yang kabur yang sulit ditransformasikan menjadi pandangan praktis seperti kata “pengalaman”, “partisipasi”, “kewarganegaraan”, “loyalitas” dan “demokrasi”. Ini semua adalah masalah yang kebanyakan realisasinya diasumsikan melalui pengajarannya di sekolah-sekolah. Akan tetapi para pendidik menerimanya dengan penuh kekaburan tidak mengarah kepada pengajaran satu pun darinya kecuali jika filosuf pendidikan telah menganalisisnya.
Terdapat sejumlah pendukung kaitan antara filsafat dan pendidikan yang berpartisipasi dalam perdebatan yang terjadi sekitar filsafat pendidikan, sumber dan muatannya yang di antaranya adalah Harold H. Titus dalam pembahasannya “Filsafat dan Masyrakat Modern”, Okner dalam pembahasannya “Watak Filsafat” dan Sydney Hook dalam pembahasannya “Apakah Filsafat Memiliki Masa Depan?”.

Filsafat Sebagai Model Klasik

Kemudian bangkit kelompok kedua yang menganggap filsafat sebagai model klasik. Filsafat yang demikian menyerupai pemikiran gereja karena membahas tentang masalah-masalah ghaib yang tidak memiliki bukti, dan tentang nilai dan akhlak, yang semuanya adalah nisbi yang terpengaruh dengan keputusan pribadi dan pandangan personal dan tidak mungkin dipelajari dengan teknik ilmiah.
Di antara yang merefleksikan orientasi ini adalah profesor Albert Taylor yang menuduh para pemilik pandangan filosofis mendorong filsafat pendidikan pada bidang yang tidak terbatas. Mereka menuntut filsafat pendidikan menyelesaikan metafisika, epistemologi dan sistem nilai dan pennyelesaiannya bersifat ilmiah. Akan tetapi filsafat tidak bisa memberikan jawaban yang bermanfaat tentang yang ghaib, Tuhan dan masalah-masalah metafisika lainnya. Ia tidak memberikan sesuatu yang memiliki hubungan dengan pendidikan. Adapun tentang epistemologi maka yang lebih utama adalah mentransformasikannya menjadi data dan hasil ilmu psikologi. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh misalnya Dewey, Bernard Russel dan Felix Adler. Sedangkan mengenai nilai maka ini bersifat nisbi yang diperselisihkan dan ia adalah akibat keadaan dan lingkungan dan tidak mungkin menganalogikannya dengan kriteria ilmiah.
Taylor menyimpulkan bahwa lebih baik tidak ada pembahasan tentang masalah yang ghaib dan etika, dan kemudian menginternalisasikan filsafat pendidikan dengan mekanisme ilmiah dan empirik dan bukan dengan logika filosuf.

Daftar Pustaka

Kingsley Price, “Is Philosophy of Education Necessary” dalam The Journal of Philosophy, October, 1955
Christopher J. Lucas, What is Philosophy of Education (USA: Toronto, 1969)

 Muhria Lanlan.Orientasi dan pemikiran filsadat Pendidikan. https://www.lyceum.id/orientasi-dan-pemikiran-filsafat-pendidikan/ Diakses pada 2 November 2016

0 komentar:

Posting Komentar