Kamis, 24 November 2016

Karinding Menstimulus Kesadaran Kaum Muda Kampung Jaha (Studi terhadap masyarakat Kampung Jaha)

13.57 Posted by TyasSiti Nur Asiyah No comments

            Karinding sejak tahun 2010 masuk kembali di kampung Jaha setelah lama menghilang tertelan arus modernisasi dibawa kembali oleh Ahmad Lamhatun Nadzhori yang biasa dikenal dengan nama Ncek Raruyukan dengan rekan-rekannya yaitu Muklis, Rita, Jojo dan Yopi yang memiliki tekad untuk memperkenalkan kembali karinding yang dahulu memang sudah eksis di kampung Jaha. Karinding ini mampu menarik minat para pemuda-pemudi kampung Jaha sehingga mau mempelajari karinding di padepokan seni Barak Karinding yang di dirikan oleh Ncek. Awal mulanya Ncek mempelajari terlebih dahulu mengenai karinding kepada Kang Mamat pendiri Sanggar Karinding Reang di Bandung. Cara memperkenalkan karinding yang dilakukan oleh Ncek yaitu dengan cara memainkan karinding disela waktu luang di lingkungan rumahnya. Karena suara karinding yang khas maka orang sekitar pun tertarik untuk mengetahui karinding lebih jauh dan mau mempelajarinya. Banyak anak muda yang tertarik untuk masuk padepokan seni Barak Karinding dan mempelajari dengan tekun mengenai karinding tersebut. Seperti yang dituturkan oleh yuda dan yusril yang merupakan anggota padepokan seni karinding yang umurnya masih remaja yaitu 16 tahun yang merupakan usia yang menuhankan gengsi dalam pergaulannya memberikan alasan mengapa tertarik untuk mempelajari karinding yaitu karena karinding adalah alat musik yang unik baik dari segi bentuknya yang sederhana namun mampu menghasilkan suara yang khas dan cukup lantang. Karinding memang memiliki suara yang unik yang ketika didengar akan melekat diingatan karena sudah memilki karakternya sendiri. Memilik potensi anak muda yang berminat pada karinding padepokan seni ini akhirnya mengkreasikan karinding dengan beberapa alat musik seperti celempung bambu air, gleger, song soe, goong tiup, jimbe dan juga gitar. Sehingga musik yang dihasilkan lebih indah. Selain ditampilkan berupa pertunjukan musik. Konsep musik karinding ini juga dikreasikan dalam musikalisasi puisi dan drama musikal. Beberapa karya drama musikal yang di miliki padepokan ini yaitu perdamaian dan inti kesadaran. Pada karya “Perdamaian” merupakan teater musikal yang berisikan cerita mengenai arti kedamaian dan untungnya mengedepankan kedamaian bagi seluruh umat manusia. Selain itu juga terdapat karya “Inti Kesadaran” yang berisikan tentang penyadaran kepada masyarakat agar tidak menyia-nyiakan hidupnya dengan mabuk-mabukan maupun narkoba yang saat ini jelas terlihat dampaknya seperti apa terhadap perilaku masyarakat sekitar dan kehidupan personalnya. Pengembangan karya ini didasarkan pada falsafah karinding yang mereka anut yaitu “Sabar, Sadar, Yakin” dari falsafah ini para pemuda dan pemudi kampung Jaha bertindak dan berperilaku berdasarkan makna dari falsafah karinding ini yaitu sabar, baik sabar dalam menghadapi kehidupan dan segala permasalahan yang ada maupun sabar dalam bersikap agar tidak mengedepankan emosional dibandingkan rasionalitas yang biasanya menjadi problema bagi para kaum muda yang masih mengedepankan emosi dalam pengambilan keputusan maupun dalam bertindak. Selain itu makna sadar, juga diterapkan dalam menjalankan hidup ini haruslah didasarkan pada kesadaran baik kesadaran agama, maupun terhadap lingkungan sosial yang ada sehingga dalam bertindak akan lebih mempertimbangkan sesuatu didasarkan kesadaran tersebut dan memiliki kesadaran terhadap lingkungan sekitar agar lebih peka ditengah masyarakat di era globalisasi ini. selanjutnya makna yakin, diterapkan untuk menyakini hal apapun yang hendak dilakukan berdasarkan pada kesadaran yang dimiliki. Sehingga pemuda-pemudi memiliki keyakinan baik terhadap dirinya sendiri maupun keyakinan dalam setiap perbuatannya, jadi tidak bertindak tanpa adanya keyakinan dalam dirinya.
         Jika dikaji dengan menggunakan teori Plekhanov mengenai seni yakni fungsi seni adalah membantu perkembangan kesadaran manusia dan membantu memajukan sistem sosial. Hal ini benar dilakukan oleh kaum muda padepokan seni Barak Karinding karena dilihat dari beberapa karyanya yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran terhadap realitas yang ada sekarang seperti banyak orang yang sering berkelahi hanya karena hal yang kecil tanpa memahami adanya pluralitas di negara Indonesia ini maka karya “Perdamaian” mampu memberikan kesadaran agar setiap bertindak hendaknya berorientasi pada perdamaian bukan malah menciptakan kerusuhan karena pada hakikatnya Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa dan daerah sehingga perdamaian antar sesama merupakan sebuah kunci ketentraman hidup ditengah masyarakat Indonesia yang plural. Kesadaran ini didasarkan kepada makna yang diambil dari filosofi karinding yang mereka anut. Karya lain yaitu “Inti kesadaran” yang berusaha membangun kesadaaran masyarakat mengenai bahayanya narkoba dan obat-obatan terlarang serta mabuk-mabukan yang mampu merusak diri sendiri dan juga berdampak kepada orang sekitar sehingga perlu adanya kesadaran masyarakat mengenai hal tersebut agar hidupnya menjadi lebih sejahtera.
         Persoalan kesadaran sebenarnya masalah pribadi yang berkembang menjadi karakteristik dan kepribadian setiap individu yang bersangkutan dan berbagai bentuk komunikasi pun dilakukan baik oleh individu, kelompok dan organisasi dalam membangun kesadaran tersebut.[1] Maka dari itu kesadaran mengenai realitas sosial yang dibangun oleh para pemain karinding berawal dari para pemainnya yang dilatarbelakangi oleh makna dari filosofi “Sabar, Sadar, Yakin” mampu mempengaruhi kehidupan kaula muda kampung Jaha dalam perilakunya yang dijadikan sebagai pondasi pengingat dalam berperilaku maupun bersikap sehingga dari adanya makna tersebut mulailah muncul kesadaran bahwa seni karinding harus mampu memberikan makna yang sama bagi pendengarnya, makna sabar, sadar dan yakin itu haruslah juga mampu menjadi pedoman bersikap masyarakat sehingga untuk menanamkan hal tersebut dibuatlah kreasi seni teater musikal yang karyanya berisi tentang memberikan kesadaran terhadap realitas yang ada. Dengan adanya karinding yang digunakan sebagai media untuk penyadaran realitas sosial. Dalam hal ini karinding juga mampu memberikan kesadaran kepada masyarakat mengenai karinding sendiri sebagai alat musik tradisional yang pernah terlupakan agar masyarakat luas mengenal karinding sebagai kebudayaan tradisional yang mampu menjadi identitas daerah maupun identitas negara di tengah arus globalisasi yang menurunkan minat masyarakat terhadap musik tradisional yang merupakan warisan bangsa Indonesia secara turun temurun. Jika ditilik lebih jauh mengenai karinding, sudah terbukti bahwa karinding memiliki fungsi yang membantu masyarakat dalam berbagai hal seperti mengusir hama, memikat lawan jenis, membantu pengiringan ritual agama, serta kariding juga menjadi sarana membangkitkan kesadaran masyarakat melalui karya-karyanya karinding membangkitkan kesadaran sosial mengenai permasalahan sekitar dan juga kesadaran bahwa karinding sebagai musik tradisional yang mampu menjadi media sesuai kebutuhan si pemainnya.
         Sehingga dengan memainkan karinding bukan hanya melestarikan kebudayaan tradisionnal tetapi juga memberikan kesadaran terhadap realitas sosial yang ada dengan karinding. Tidak ada alasan untuk tidak mempelajari musik tradisional karena musik tradisional seperti karinding mampu menstimulus kaum muda yang berkedudukan sebagai pemain karinding agar lebih melek terhadap realitas sosial berdasarkan makna filosofi karinding yang dianutnya dan diimplementasikan dalam setiap tindakan maupun pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah yang ada.



[1] Muyasaroh Siti. Kampanye Perubahan Sosial (kesadaran nasyarakat, aspek perubahan kognitif dan perilaku) Vol.1. No 1 September 2010 : 1-22. hlm  17-18

0 komentar:

Posting Komentar