Minggu, 27 November 2016

EKSISTENSIALISME DAN PENDIDIKAN

13.43 Posted by TyasSiti Nur Asiyah No comments

         Eksistensialisme, berpandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah manusia hidup di dunia tanpa tujuan, dan kehidupan ini pada dasarnya suatu teka-teki. Kemudian manusia mencoba mencari makna hidup di dunia dengan jalan mewujudkan dirinya sebagai manusia. Oleh karena itu, tujuan utama pendidikan adalah membantu individu untuk mampu mewujudkan dirinya sebagai manusia. Pendidikan dilakukan dengan metode penghayatan (non directive atau absorbtive learning) dan metode dialog atau percakapan langsung. 

Power, ( 1982; 142) menjelaskan tentang pandangan eksistensialisme mengenai hakikat manusia, yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas. Manusia terletak pada puncak realitas, tetapi dunia real dengan segala kekuatan dan subtansi yang ada siap melenyapkan dirinya. Apa yang dilakukan manusia untuk melindungi dirinya dari kehidupan yang kejam itu ? Ia memiliki intelegensi; dan ia juga memiliki kebebasan yang menyertai nasib yang dimilikinya. Manusia pada saat pertama menghadapi dunia fisik, terancam suatu bahaya yang dapat melenyapkan dirinya. Kondisi ini adalah tingkatan non reflektif. Manusia sebagai pribadi, belajar, tumbuh, dan matang hingga akhirnya menjadi reflektif dalam menghadapi pengalamannya, dan semakin ia reflektif semakin ia mampu mengendalikan kekacauan hidup, untuk menempatkan diri mereka sendiri dalam menghadapi ancaman kehidupan yang siap melenyapkan diri mereka. 

Pandangan Eksistensialisme tentang Pendidikan 
Konsep pendidikan menurut eksistensialisme adalah pengembangan daya kreatif dalam diri anak-anak, bukan saja sebagai pribadi atau individu, tetapi anak adalah suatu realitas. Dengan demikian, pendidikan adalah sama dengan realitas itu sendiri. Setiap anak dilahirkan dengan sifat-sifat bawaan yang berasal “dari sana”, yaitu yang diwariskan dari khasanah seluruh ras manusia. Oleh karena itu, setiap anak dilahirkan dengan ciri khas, namun masih harus dikembangkan, yang merupakan suatu realitas besar. Apa arti perkembangan daya kreatif? Artinya adalah panggilan illahi bagi kehidupan yang bersembunyi dalam ketiadaan. 

Selanjutnya, Power (1982; 141-144) menjelaskan, bahwa pendidikan menurut eksistensialisme mempunyai dua tugas utama, yaitu pemenuhan tujuan-tujuan personal dan mengembangkan rasa kebebasan dan rasa tanggung jawab. Dalam pemenuhan tujuan-tujuan personal, sekolah harus berusaha memperkenalkan siswa kepada kehidupan. Mata pelajaran-mata pelajaran yang ada di sekolah hanyalah sebagai sarana untuk realisasi dari subyektivitas. Dalam realisasi ini dibutuhkan pula mengadopsi seperangkat nilai, yaitu suatu kaidah tingkahlaku yang sesuai dengan kehidupan personal. Nilai dapat bersumber dari pengalaman murni, atau dari warisan leluhur, atau bersumber dari hukum alam atau hukum supernatural. 

Dalam mengembangkan kebebasan dan rasa tanggung jawab, pendidikan memberikan kebebasan pada seseorang yang dalam posisi moralnya mampu memilih suatu nilai yang baik untuk dirinya dan baik untuk orang lain. Pendidikan yang baik ialah mempersiapkan seseorang agar memiliki kebebasan, dan pada saat yang sama menghargai kebebasan semua orang lainnya,“ I am responsible for my self and for all”. Berkenaan dengan hal tersebut, guru berfungsi sebagai penyampai misi kebebasan dan tanggung jawab lebih dari sekedar pengajar mata pelajaran-mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum. Dengan demikian kurikulum dirancang untuk menghasilkan manusia bebas bukan manusia budak. 

0 komentar:

Posting Komentar